Thursday 4 October 2012



Air Mata Rasulullah.
 
Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut Ada sebuah kisah 
tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui 
kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, 
burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan 
suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam 
kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya.
 
Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian,Al 
Qur'an dan sunnahku.Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku 
dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku." 
Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang 
dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu.
 
Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun
menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan 
kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.
 
"Rasulullah akan meninggalkan kita semua,"keluh hati semua sahabat kala 
itu.Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya di dunia.
Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas menangkap 
Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat 
itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan 
detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih 
tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya 
yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.
 
Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,
"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan 
menutup pintu.Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
 
"Siapakah itu wahai anakku?"
 
"Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur 
Fatimah lembut.
 
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. 
Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.
 
"Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang
memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malakul maut," kata Rasulullah,
 
Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, 
tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya. 
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit 
dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
 
"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah
dengan suara yang amat lemah.
 
"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua 
syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
 
"Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi.
 
"Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
 
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman 
kepadaku:'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di 
dalamnya," kata Jibril.
 
Detik-detik semakin  dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh
Rasulullah ditarik.Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, 
urat-urat lehernya menegang.
 
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh.Fatimah
terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
 
"Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya
Rasulullah pada Malaikat  pengantar wahyu itu.
 
"Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi.
 
"Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut inikepadaku, jangan pada umatku."Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.
 
"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku,peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulaikebiruan.
 
"Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita. Kerana sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Wednesday 3 October 2012



Assalamualaikum sahabatku...
ketahuilah, kita sebenarnya telah diberi peringatan oleh bumi ketika mendiami tubuhnya ini. Berkata Anas bin Malik r.a; sesungguhnya setiap hari bumi menyeru kepada manusia dengan sepuluh perkara:-

1. Hai anak Adam!Berjalanlah di atas perutku, tetapi ingatlah!Engkau akan masuk ke dalamnya kelak.

2. Engkau melakukan maksiat di atas belakangku, tetapi ingatlah!Engkau akan diazab di dalam perutku.

3. Engkau ketawa di atas perutku, tetapi ingatlah!Engkau akan menangis di dalam perutku.

4. Engkau bergembira di atas belakangku, tetapi ingatlah!Engkau akan kecewa di dalam perutku.

5. Engkau mengumpul harta di atas belakangku,tetapi ingatlah!Engkau akan menyesal di dalam perutku.

6. Engkau makan benda yang haram di atas belakangku, tetapi ingatlah!Engkau akan dimakan oleh ulat di dalam perutku.

7. Engkau angkuh di atas belakangku, tetapi ingatlah!Engkau akan dihina di dalam perutku.

8. Engkau berlari dengan riang di atas belakangku, tetapi ingatlah! Engkau akan jatuh di dalam perutku dalam keadaan dukacita.

9. Engkau hidup di dunia bersiramkan cahaya matahari, bulan dan bintang di belakangku, tetapi ingatlah!Engkau akan tinggal dalam kegelapan di dalam perutku.

10. Engkau hidup di atas belakang beramai-ramai, tetapi ingatlah!Engkau akan keseorangan di dalam perutku.Wallahu'alam. 



Tuesday 2 October 2012



4 Renungan

Wasiat dari baginda tercinta Rasulullah SAW:
" Wanita itu perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita solehah"

Kata Hukama' pula:


"Wanita itu tiang negara. Baik mereka baiklah negara, binasa mereka binasalah negara"
Itulah sedikit ungkapan hikmat buat pedoman yg membuktikan kita muslimah bukan sembarangan tetapi muslimah yg penuh dgn peranan agar Islam terus berkembang..di sini disajikan sedikit kudapan buat jiwa "muslimah harapan" utk terus membentuk akhlak muslimah idaman Islam...

KEBAIKAN ITU TERHIMPUN DALAM 4 PERKARA IAITU:

1. PERCAKAPAN
2. DIAM
3. PANDANGAN
4.GERAK GERI

TIAP-TIAP PERCAKAPAN YANG TIDAK DISERTAI DGN MENGINGATI ALLAH ADALAH SIA-SIA

TIAP-TIAP DIAM YANG TIDAK DISERTAI DGN MEMIKIRKAN KEBESARAN ALLAH ITU ADALAH LEKA

TIAP-TIAP PANDANGAN YG TIDAK DISERTAI DGN MENGAMBIL IKTIBAR ADALAH LALAI

TIAP-TIAP GERAK GERI YG TIDAK DISERTAI DGN PERHAMBAAN KPD ALLAH ADALAH TIDAK BERERTI DAN SIA-SIA



DAERAH USANGKU…
Lama aku pergi…
Meninggalkan daerah using ini
Tiba-tiba hati digamit rindu yang menyengat
Dulu ia berwarna-warni
Tidak pernah lekang  dari suara tangis tawa
 anak-anak kecil yang berkejaran kesana ke mari
Tidak pernah sunyi dari kepoh wanita-wanita
bercerita perihal kejiranan dikala membeli ikan dari Pak Wan.
Tidak pernah terbenam matahari dikala suami-suami
Sibuk membuat percaturan di papan dam…
Surau itu…
Ada sesuatu telah hilang drinya?
Ya…
Kemana perginya garau suara Ustaz Hakim…
Yang dulunya menjadi igauan anak-anak kampung..
Mengajar anak-anak kampung mengaji  Al-Quran
Rotan yang haus ditangannya menjadi perhatian…
Aku tersenyum sendiri….
Lorong-lorong yang kini sepi aku lalui
Di kiri kanannya masih terpalit sisa-sisa kenangan
Masih terhidu bau kedamaian…

CUKUPLAH JADI DODOH! Kau ADA BANYAK pilihan Tapi kenapa kau pilih untuk jadi bodoh? Sanggup perbodohkan diri untuk seorang si bodoh San...